Selasa, 01 Oktober 2013
The Confession of a Novelist #Part 2
BAB 2
Apa ini fatamorgana? Atau tipuan mataku karena terlalu hanyut dalam ceritaku sendiri? Di depanku,seorang Arthur Ervace yang akan dikenal dunia!
“psst..., Nola!”bisik Anomy tepat ditelingaku. Mungkin kami memang baru saja mendengar kepindahannya. Tapi kenapa harus sekarang? Panjang umur sekali dia.
“Arth..., Arthur Ervace?” aku melihat cowok itu dengan tatapan tak percaya. Aku memang yang memutuskan kalau tak ada yang lebih baik untuk memerankan Arthur Ervace selain Peter Morgan. Tapi di depan mukaku? Awalnya aku memang memandangnya tak berkedip, namun aku langsung mengembalikan sifat cuekku saat aku merasa cowok yang akan kunilai sok itu memandangku dengan senyum penuh kemenangan. Dia tidak tahu kalau aku penulis Arthur Ervace,kan?
“oh biarkan saja. Pieters juga artis, dan apa bedanya nanti?” komentarku sok tak peduli. Walaupun aku berharap ada perbedaan diantara keduanya.
“tunggu, dia datang sekarang??” kata Macey buru-buru bermake up kembali, “Cath!!”
“Mana kutahu, Mash!” oceh Catherine yang sibuk berkaca di kaca bedaknya merapikan rambut. Dari mereka berempat, hanya Alicia yang biasa saja. Wow, aku salut padanya! Paling tidak dari mereka berempat, mungkin Alicia yang paling punya inner beauty.
“ehm,” deham Mrs. Kingsley meredam bisik-bisik yang terdengar dari anak-anak setelah terkejut akan kemunculan Peter Morgan ini, “aku tahu kita semua bertanya-tanya. Dan kalian bisa menyimpan pertanyaan kalian untuk nanti. Dia murid baru dan akan bergabung dengan kelas kita. Nah perkenalkan dirimu, Nak!”
“halo semua, namaku Peter Morgan. Aku baru pindah dari London. Umurku 16 tahun. Salam kenal.” Katanya memperkenalkan diri. Ia tersenyum ramah dan membuat cewek-cewek terutama mayoritas personil The Cutties melting.
“baiklah, Mr. Morgan, kau bisa mulai mencari bangku kosong dan kuharap kau nyaman di kelas ini. Kurasa Mr. McHeny sudah terlalu lama menunggu, anak-anak. Selamat Pagi!”
Cowok itu menatap sekeliling lalu tersenyum lagi menemukan bangku kosong yang tepat dibelakangku. Semua mata masih mengarah padanya.
Kepergian Mrs. Kingsley digantikan oleh kedatangan Mr.McHenry, dimana hampir selalu kesulitan kalau duduk di bangku guru, karena tubuhnya yang terlalu besar. Tapi entah kenapa tubuhnya masih bisa masuk ke kursi itu, mungkin pantatnya menciut. Hampir dua jam kami habiskan untuk tidur dan mencatat bagi anak-anak rajin seperti Anomy. Dan Nick tampaknya terlalu gengsi untuk tidur, sedangkan aku melanjutkan novelku. Lagipula aku pernah mendapat materi ini saat pembinaan untuk lomba mapel sosial, jadi mungkin aku hanya akan belajar dari buku atau catatan Anomy saat akan ulangan.
Jam berikutnya kosong, karena Mrs. Spinnet harus mengikuti pelatihan guru di London. Jadilah kelas belakang mejaku ramai sehingga aku tak mau ambil resiko untuk melanjutkan tulisanku. Dan aku malas untuk ambil pusing mengerjakan tugas dari Mrs. Spinnet, tapi tampaknya tak sesulit itu karena aku telah mendahului Anomy dua nomor. Tampaknya Anomy terusik dengan keramaian di belakang meja.
Tapi keramaian itu dalam sekejap menghilang. Aku sempat menengok untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata kehadiran The Cutties sukses membuat anak-anak lain menyingkir. Nick sendiri tampaknya kesal dengan semua popularitas Peter Morgan ini karena ketenarannya tersaingi.
“Hai Peter. Kau tak bilang akan pindah hari ini. Tak kusangka kita akan sekelas ya” sapa Alicia ramah. Peter Morgan pun membalasnya dengan parah pula.
“Oh, Leesh, aku hampir tidak melihatmu tadi” katanya, “yeah, aku tak ingin membuat keributan sih rencananya. Tapi kurasa lebih dari yang kubayangkan.”
“oh ya kau akan menimbulkan keributan yang lebih besar nantinya” sahut Alicia. Tampaknya mereka sudah sangat akrab.
“ehm,” deham Macey.
“oh, Peter. Kenalkan teman-temanku: Macey, Emma, dan Cath.” Kata Alicia mengurutkan teman-temannya.
“kami The Cutties.”kata Macey cepat, “kalau kau ingin melakukan sedikit tour sekolah, kau jangan ragu untuk bertanya ke kami. Kami tahu segalanya di sekolah ini.”
“oh, oke” kata Peter, “kurasa kita harus mengerjakan tugas Mrs. Spinnet dari pada menghabiskan waktu kita untuk perkenalan yang panjang ini. Kita masih bisa ngobrol..., di waktu istirahat” sejenak aku hampir berpikir kalau Peter akan mengajak Macey kencan, dan tampaknya Macey juga berpikiran begitu melihat raut mukanya. Tampaknya Morgan itu bisa menghindari The Cutties untuk beberapa jam. Aku puas sekali mereka diabaikan untukpertama kali.
“oke,” kata Macey, yang tidak merasa tersinggung, “ayo guys, kita masih punya tugas dari Mrs. Spinnet.” Alicia, Emma, dan Catherine sudah kembali ke tempat duduk mereka. Tapi dia malah menghampiri meja kami, “hey Scott, kau sudah selesai?”
Perkataan itu ia tujukan ke Anomy. Aku tak peduli walaupun ia ingat kalau namaku juga “Scott”.
“belum. Masih tinggal 5 nomor.” Kata Anomy ramah seperti biasa.
“oh, kalau sudah bilang aku” kata Macey judes lalu kembali ke tempat duduknya di samping Catherine. Huh memang kakakku babu-nya apa? Sudah mencontek, tidak menunjukan rasa terima kasih lagi.
“Kau nggak harus baik ke mereka.” Kataku yang sudah selesai mengerjakan tugas menggantikannya dengan buku cerita, “Jangan munafik!”
“oh tak apa kok, kau dan Nick juga sama kan. Walaupun kalian lebih punya sopan santun kalau itu membuatmu lebih baik.” Anomy masih tersenyum. Dan itu bukan sikapku sama sekali, “kau sudah selesai ya? Cepat sekali”
“oh, aku udah pernah liat Carla Little mengerjakan ini” kataku santai.
Di belakang kami, Nick masih bersungut-sungut. Mungkin karena pesonanya yang tertutupi akibat ia duduk dengan Peter Morgan.
“Mereka berempat tadi geng sekolah ya?” aku mendengar suara Peter Morgan ramah ke Nick.
“hn, begitulah. Dan aku tak begitu menyukai mereka.” Kata Nick jujur. Dalam hati aku melempar dukunganku ke Nick, “bagus Nick, harusnya kau bilang mereka orang yang sangat menyebalkan!” batinku.
“yeah, kelihatan saat dia mau mencontek ke cewek di depan. Sepertinya ia menimbulkan tekanan!” kata Peter prihatin, “Oh ya, siapa namamu?”
“Salam, aku Nick Effron.” Kata Nick kembali bersemangat, “kau jangan mempermasalahkan cewek-cewek di depanmu. Anomy, yang tadi kau pikir dibawah tekanan, memang orangnya seperti itu. Dia baik ke semua orang.”
Aku bisa melihat muka Anomy memerah. Ia berbalik, “Kau berlebihan Nick. Nola baru saja menyebutku munafik. Hai aku Anomy Scott” katanya memperkenalkan diri ke Peter.
“Tapi, yang disampingnya itu kebalikan. Nggak jelas dia itu sebenarnya cewek atau cowok. Dan karena kau belum bertemu dengannya kusarankan kau memakai voice recorder saat bicara dengannya karena bicaranya melebihi siput.” Katanya menyindir.
“ehm.” Kataku langsung meletakan bolpen, dan berbalik, “kalau kau menyindir orang, bodoh, kau bicara terlalu keras!”
“Nah lihat sendiri, kan?” Peter menahan tawa. Memang aku badut apa?
“Ini adiku Nola.” Kata Anomy memperkenalkan aku. Aku hanya diam berbalik dan melanjutkan tulisanku, “Jangan khawatir, dia hanya sedikit sentimen.”
“Tidak, dia bukan sentimen. Dia cuma banyak omong” kata Nick pedas, “tapi dia baik kok kalau kau sudah mengenalnya.”
“kau stress ya Nick?” kataku kembali berbalik,”kau dari tadi mencelaku sekarang tiba-tiba memujiku. Katakan saja dimana pihakmu. Dan sekarang kau merusak inspirasiku yang baru saja kembali. Dan aku lupa akan menulis apa. Lebih baik diam dan kerjakan tugasmu!”
“Kau kan tahu Nick kalau dia sentimen tentang tulisannya.” Kata Anomy membelaku.
“Aku tidak bisa mengerjakannya! Makanya aku menunggu kau dan Anomy” kata Nick
“Nih,” kata Anomy memberikan pekerjaannya ke Nick, “Si Nola malah udah selesai dari tadi”
“Kalian kembar ya?” tanya Peter Morgan.
“Begitulah. Memangnya kami mirip?” tanya Anomy heran. Kalau dia mengatakan “iya” berarti dia orang pertama yang mengakui keberadaanku sebagai keluarganya Anomy.
“tentu mirip, tapi tak terlalu identik. Sifat kalian tampaknya juga.” Kata Peter tersenyum. Dan aku mendukung pernyataannya. Dan kupikir aku takkan membencinya. Biasanya aku membenci orang yang judes padaku, dan Peter Morgan mungkin punya kepribadian Anomy.
“Aku menyerah,” kataku berbalik kesal, “Aku tak bisa melanjutkannya.”
“Maaf aku nyolot padamu, tapi Nick mengejekku di saat yang tidak tepat.” Kataku pada Peter Morgan, dan melirik Nick yang tidak peduli, karena tampaknya dia sedang berkonsentrasi pada pekerjaannya.
“Tak apa.” Kata Peter Morgan masih ramah. Dia harus kuacungi jempol, “Kau tahu, lamunan kadang bisa menyembuhkan WritersBlock.”
“Nah! Dengar sendiri kan Nomy!! Akhirnya ada juga yang mendukungku untuk melamun dan banyak nonton film!” kataku bersorak.
“Kau hanya mencari alasan untuk bersantai.” Kata Anomy tetap sabar melihat tingkahku, “Dan kalau kau mengatakan itu ke Mom, reaksinya tidak akan sebaik diriku.”
“ya iyalah. Orang peraturannya...,”
“Iya.., iya. Sama kamu itu nggak bakalan selesai.” Aku kembali bersorak penuh kemenangan.
Jam ini memberikan pemikiran baru untuku. Tidak semua orang kaya dan terkenal seperti Macey.
Satu jam pelajaran musik, tak ada yang lebih bersemangat dari The Cutties. Aku pribadi punya suka-duka dipelajaran ini, tapi tentu cenderung bersemangat seperti lainnya. Aku menyukai kelas seni karena kelas seni sama saja kelas refreshing. Tapi dalam kelas musik, aku tak pernah bisa mengafal lirik lagu. Biasanya aku mengganti Mr. Nicolson memegang keyboard untuk mengiringi musik, sebagai ganti aku tidak menyanyi. Macey yang biasanya jadi penyanyi utama. Dan sejak kedatangan Peter Morgan ini, kurasa kami akan dapat pasangan duet. Tapi saat Mr. Nicolson akan mengadakan penilaian bernyanyi, dan semua harus bernyanyi, aku langsung berkeringat dingin. Memang sih aku suka mendengarkan musik dan aku kadang bernyanyi di rumah. Aku pernah ikut lomba bernyanyi juga, tapi itu saat usiaku 5 tahun. Sudah terlewat berapa tahun coba?
“siapa yang akan maju pertama?” tawar Mr. Nicolson. Seperti dugaan Macey mengangkat tangan, lalu maju ke panggung dengan angkuh dan penuh percaya diri. Percaya diri itu bagus, kecuali kalo berlebihan.
“lagu apa Ms. Thompson?”
“Meaghan Martin-Too Cool”
Irama lagupun mulai terdengar. Macey mulai bernyanyi. Dia bernyanyi dengan baik seperti biasa. Dan kurasa lagu yang satu ini memang cocok untuk dinyanyikan Macey. Dari liriknya yang kau-tahu-sendiri. Tepuk tangan meriah mengiringi kembalinya Macey duduk bersama geng The Cutties nya. Aku bertepuk tangan dengan tidak bersemangat. Bahkan aku dapat merasakan betapa dingin dan basahnya telapak tanganku ketika saling bertemu.
“satu lagi sebelum kita memulai urutan dari absen teratas? Bagaimana kalau laki-laki?” kata Mr. Nicolson tampak puas dengan Macey, lalu memandangi kumpulan cowok-cowok disampingku.
“Noh Nick, kau cowok bukan?” kataku mengejek, mendorong bahu Nick yang duduk di depanku.
“memang kau sendiri cewek?” katanya balas mengejek, “PETER MORGAN, sir!!!” katanya keras. Lalu diikuti teman-teman sekelas.
“ya, PETER MORGAN!!”
“Morgan, Morgan, Morgan!!!” semua anak dikelas sekarang kompak ingin konser singkat gratis Peter Morgan.
“baiklah, baiklah, bagaimana Mr. Morgan?” kata Mr. Nicolson meredam kebisingan di aula. Peter Morgan tersenyum, lalu maju ke panggung. Tepuk tangan mengiringi jalannya, “lagu apa Mr. Morgan?”
“umm..., christopher wilde-got to believe”
Lagu pun mulai diputar. Suaranya benar-benar menghinoptis kami semua, termasuk aku. Jelas kalau dia bukan penyanyi yang sekedar jual tampang dan lipsing untuk popularitas. Seorang cowok multitalent, “this is where I should be, there ain’t no other place, yeah. Where my soul really speak, there is no other way...” dan kebetulan aku juga suka lagu ini. Saat dia kembali ke tempat duduknya di samping Nick, tepuk tangan yang sangat meriah mengikutinya. Bahkan Mr. Nicolson pun ikut bertepuk tangan. Aku juga bersemangat untuk bertepuk tangan.
“bagus. Brian Adam.”
Satu persatu anak maju, beruntung absenku dibelakang jadi aku masih bisa memikirkan harus menyanyikan apa dan menghafal lirik. Tapi jangankan menghafal, aku akan menyanyiakn apa saja masih bingung. Dan waktuku berkurang ketika aku bersorak mendengarkan suara Nick.
“Emma Payne”
“Alicia Pieters”
Dan giliranku tinggal hitungan jari.
“Anomy Scott”
“doakan aku ya La.” Dan setelah Anomy beranjak aku semakin tegang. Ayolah Nola, masa Cuma nyanyi aja nggak bisa, nyanyi itu cuman ngeluarin suara yang nadanya pas sama lagu. Udah itu doang.
Anomy menyanyikan lagu Selena Gomez-Who Says. Anomy merupakan penyanyi kedua setelah Macey, jadi pantas kalau suaranya bagus dan ia bisa bernyanyi dengan baik. Dan aku mulai menggerutu kenapa lupa kalau ada lagu Selena Gomez yang judulnya Who Says? Dan sekarang aku tak punya waktu lagi.
“Nola Scott.”
Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, “semangat Nola!” kata Anomy tersenyum.
“aku akan mengejekmu di belakang.” Nick benar-benar membuat membuatnya semakin buruk, aku memelototinya. Saat menuju panggung aku bahkan hampir terjatuh karena tersandung kursi dan hampir terpeleset kabel. The Cutties tertawa mengejekku. Oh lihat saja kalau pelajaran yang lain, kuhajar kalian.
Belum bernyanyi saja kakiku sudah gemetaran dan tanganku berkeringat memegang mic, “Nola Scott, lagu apa?”
“oh apa? Maaf, maksudku Taylor Swift-A Place in This World.” Aku jadi bingung mencerna segalanya. Musik mulai terdengar. Untung aku sering mendengarkan lagu ini jadi aku takkan salah menempatkan suaraku. Tapi suaraku yang bergetar terdengan jelas sekali saat mulai. Dan grogiku semakin keliahatan dengan aku yang hanya berdiri tertunduk, “oh I’m just the girl, trying to find a place in this world.”
Walaupun kurasa penampilanku sangat mengerikan, tapi aku dapat menyanyikan lagu itu dengan baik sampai akhir. Mukaku sangat merah saat aku kembali ke tempat duduk. Tepuk tangan meriah terdengar.dan aku hampir jatuh lagi karena kaki kananku menginjak tali sepatu kaki kiriku yang terlepas. Mungkin hari ini aku benar-benar sial.
Aku lega ketika kembali duduk disamping Anomy, “Hebat, dik”
“memangnya aku seburuk itu?” kataku judes.
“yeah, sangat buruk.aku bahkan berpikir kalau kau bakalan ngompol di depan sana. Kau pasti tadi lipsing, ngaku deh la!” kata Nick menyebalkan. Tapi saat aku bersungut-sungut dia tertawa dan mengajakku berhighfive. Peter juga berbalik dan memberi semangat, “suaramu bagus sekali. Kau les vokal?”
“apa? Tentu saja tidak, kenapa kau berpikir begitu?” kataku bingung, “dan ledekanmu itu bagus sekali. Aku benar-benar sial hari ini.”
“kau harusnya lihat wajah babi-babi itu.” Kata Nick bersemangat, “yang kau lihat hanya lantai sih”
“biarin, dari pada nyuri pemandangan kek lo!” kataku kembali nyolot. Untung saja kami kenal baik, kalau tidak semua orang bisa tersinggung denganku. Mungkin itu salah satu faktor aku tak punya banyak teman.
“oh iya, boleh minta nomer handphone kalian?” celetuk Peter.
***
Langganan:
Komentar (Atom)